VIVI STORY

Posted by at 0 komentar


NOVEL QOF HEROES


PROLOG

Dahulu kala ada sebuah negeri bernama Falena. Negeri itu terdapat dua kubu dan dua kota. Dan dipimpin oleh Ratu kembar bernama Crystallite Eva dan Crystallite Eve. Crystallite Eva memimpin kubu Heroes dengan kota bernama Saint heaven, sementara Crystallite Eve memimpin kubu Villain dengan kota bernama Sol-Falena. Kedua kerajaan dan kubu tersebut saling menyerang satu sama lain. Mereka memperebutkan wilayah, kekuasaan, kekuatan dan bahkan tahta kerajaan. Sampai saling membunuh satu sama lain demi tujuan mereka tercapai. Berabad sudah 7 tahun kemudian di kota Saint Heaven setelah berabad-abad berperang. Datang seorang pendatang baru bernama Professor Vivi Charlotte. Ia keluar melangkahkan kaki turun dari kapal laut yang begitu besar. Matanya sangat senang bisa sampai di kota Saint Heaven. Setelah melakukan perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan. Ia adalah seorang penjelajah muda yang berusia 17 tahun berasal dari South Light.
Ia menghela nafas panjang dan merasa begitu lega bisa sampai di lokasi yang ia tuju dari dulu. Vivi berjalan dengan sangat bahagia. Ia melompat-lompat dengan sangat bahagia. Ketika itu kebahagiannya pudar karena tidak sengaja menabrak seseorang ksatria bernama Felis. Seorang Ksatria gagah, berotot kekar dan tampan. Isi koper Vivi berantakan di tanah. Felis spontan terkejut dan membantunya merapikan dokumen yang berserakan di tanah.
“Eto... maafkan aku... aku benar-benar tidak melihat langkah jalanku...” ucap maaf Felis kepada Vivi yang ikut merapikan dokumen milik Vivi.
“Aku juga minta maaf karena tidak melihat anda... maafkan aku..” balas Vivi kepada Felis yang ikut meminta maaf. Dan mereka akhirnya saling memaafkan. Vivi dan Felis berdiri bersama setelah merapikan dokumen milik Vivi. Vivi dan Felis saling memalingkan wajah dan sedikit merasa malu. Lalu Felis bertanya kepada Vivi.
“ Maaf jika boleh saya bertanya, Apa anda pendatang baru ke Saint Heaven? “
“Ya aku pendatang baru... Namaku Vivi Charlotte biasa di panggil Vivi. Aku kemari untuk bertemu sang Ratu Eva. Tapi masalahnya Aku tidak tahu dimana kastil tersebut.”
“Kalau begitu biar aku yang mengantarmu, Karena aku juga ingin ke sana, perkenalkan namaku Felis. Ksatria tingkat A.”
“Halo... Felis”
“Halo juga Vivi”
Percakapan mereka dipenuhi senyum dan tawa masing-masing. Felis mengantarkan Vivi menemui sang ratu. Di perjalanan menuju kastil, mereka saling tertawa dan bercerita tentang hal-hal cerita hidup mereka masing-masing. Vivi melihat ke sekitar kota yang begitu ramai. Dan sepertinya kota akan mengadakan festival besar-besar. Karena disana terdapat bendera dan banyaknya hiasan festival. Lalu langkah Vivi terhenti ketika ia melihat sebuah mading buronan. Tertulis Villain beserta nama, foto, dan harga kepala mereka tertera di mading itu. Felis menoleh ke arah Vivi yang sedang memperhatikan mading buronan. Felis menghampiri Vivi. Dan berkata
“ Itu adalah daftar buronan para Villain. Dari tingkat E sampai tingkat S. Dan tingkat S jatuh pada Klaus si Vampire berdarah dingin. Ia di juluki sebagai Dark Knight. Dan banyak ksatria ingin membunuhnya tapi mereka malah terbunuh saat itu juga.” Penjelasan dari Felis. Wajahnya berubah menjadi sedikit kesal.
“Ehmmm menarik sekali... dan mungkin suatu saat aku bisa membunuhnya..” Ucap Vivi sembari tersenyum simis.
“Mari Felis kita lanjutkan perjalanannya”
Felis spontan hanya terdiam setelah Vivi berkata seperti itu. Dan Felis tentu saja tidak percaya dengan perkataan Vivi. Lalu sampailah di kastil Saint Heaven. Saat di gerbang masuk Vivi menoleh ke atas kastil. Perasaannya tidak sabar betemu sang ratu. Felis pun mengantarnya sampai ruang tahta kerajaan, dimana saat itu sedang ada rapat serius berhubungan dengan kubu Villain. Felis dan Vivi memasuki ruangan tahta dan mereka langsung tunduk hormat. Para heroes yang sedang berdiskusi terhenti. Sorotan mata mereka terahli pada Vivi dan Felis yang baru saja datang. Menghadap sang ratu Eva.
“Salam hormat Ratu Eva. Maaf menganggu rapat hari ini. Hari ini aku mengantar seseorang bernama Vivi Charlotte. Dia ingin menemui anda katanya. Ku persilahkan Vivi Charlotte.”
“Salam hormat Ratu Eva. Perkenalkan namaku Vivi Charlotte berasal dari South Light. Aku kemari karena mendengar kabar peperangan antara Heroes dan Villain itu membuatku tertarik untuk datang kemari menjadi seorang Heroes”
Ucapan Vivi bergema-gema di ruangan tahta. Sorotan mata seisi ruangan tahta terus memperhatikannya. Dan mereka mulai berbisik satu sama lain. Sang ratu berdiri dari singasanganya. Ia berjalan melangkah ke arah Vivi. Tersenyum mendengar kabar baik. Dan bertanya.
“Kau yakin ingin menjadi seorang heroes? Di dunia yang kelam ini?”
“Aku yakin yang mulia ratu Eva”
“Kalau begitu pejamkan matamulalu buka matamu dan pilih satu senjata yang akan menjadikan classmu”
Vivi memejamkan matanya sesuai perintah sang ratu. Ketika ia membuka matanya, sang ratu mengeluarkan kekuatan bernama Beginning Run. Cahaya itu berkilau keemasaan, dan memencar ke delapan titik seperti arah mata angin. Vivi berdiri ia melihat ke arah sekelilingnya. Cahaya yang berkilau berubah menjadi senjata berclass.
“Pilihlah senjatamu...”
Vivi melangkah ke arah senjata tersebut satu bersatu. Ketika ia menyentuh pedang, katana, pemanah, belati, magic, kapak, dan tombak semuanya menghilang ketika ia menyentuhnya. Hanya tersisa satu senjata yaitu gunslinger. Sebuah pistol berwarna emas. Vivi pun meraihnya. Dan semua senjata di ruangan itu lenyap.
“Selamat datang Vivi Charlotte dengan class gunslinger”
Sambutan sang ratu membuat seisi ruangan bertepuk tangan menyambut Vivi dengan senyuman. Vivi pun tunduk hormat kembali. Semuanya gembira karena ke datangan Vivi menambah satu orang Heroes.



1.
SAINT HEAVEN
Malam yang begitu dingin dan kejam. Rasa takut mulai menghantui seoang gadis kecil berusia 5 tahun. Ia berlari sangat kencang sembari menangis. Raut wajahnya panik dan sedih. Ia berlari karena keluarganya di bunuh oleh para mafia. Dan teriakkan sang ayah masih terdengar di benaknya
“LARILAH NAK!!”
Terus terulang-ulang dibenaknya. Ketika itu sampai ia tak sadar, di depannya ada sebuah jurang dengan sungai yag begitu deras. Ia tersandung dengan bebatuan dekat jurang dan akhirnya ia terjatuh.
“ARRRRRGGGHHH!!!! AYAH!!! IBU!!!”
Teriakan itu sontak membuat Vivi terbangun dari tidurnya. Raut wajah Vivi berubah menjadi kepanikan mendalam. Seperti seseorang yang diterkam ketakutan mendalam. Sorotan cahaya mulai masuk ke sela sela kaca jendela kastil. Vivi melihat ke arah jam arlodi berbunyi
TIK...TOK...TIK...TOK...TIK..TOK..
“Hanya mimpi buruk... belakangan ini aku sering bermimpi buruk”
Bisik hati Vivi yang lalu ia mengucak-ucak matanya. Dan beranjak keluar kamar. Sampai di depan pintu kamar, ia mendengar kegaduhan pertengkaran seseorang. Lalu ia membuka pintu kamar dan melihat satu seorang gadis berambut pirang panjang dengan pria bertubuh tinggi berambut coklat. Mereka bergaduh karena boneka yang rusak.
“DASAR BODOH....!! KAU HARUS MENGGANTI BONEKAKU!!”
Teriak gadis pirang kepada pria tersebut dengan raut wajah ingin menangis histeris.
“aku... benar-benar tidak sengaja.. maafkan aku... habisnya kau terus memaksa ku...”
“POKOKNYA GANTI!!!”
Teriakkannya membuat kastil bergema-gema dipagi hari. Ditambah ia menangis histeris. Membuat telinga Vivi semakin sakit mendengarnya. Lalu pria itu terus meminta maaf tapi ia mengabaikannya. Vivi lalu melakukan sesuatu untuk menghentikannya menangis histeris. Dan ia berkata
“Berhentilah menangis... Aku akan membelikan mu sesuatu sebagai gantinya di kota Saint Heaven. Bagaimana?”
Gadis pirang itu akhirnya berhenti menangis mendengar Vivi akan membelikannya sesuatu. Lalu ia menatap Vivi dengan wajah lugu dan tersedak-sedak. Vivi hanya menganggukan kepalanya dan mengelus-elus rambut gadis tersebut. Tangis dan perasaannya kini mulai senang. Senyum bibirnya mulai terbentuk.
“Kau serius? Terima kasih... kalau begitu ayuk...”
“Tunggu dulu.... aku masih memakai piyama... jika aku kesana berpakaian seperti ini pasti akan ditertawakan... tunggu disini aku akan cuci muka dan mengganti pakaian... tunggu ya”
Vivi kembali memasuki kamarnya dan bergegas secepat mungkin mengganti penampilannya. Mencuci muka, menggosok gigi, menyisir, dan memakai gaun berwarna biru muda. Ia menatap cermin sembari tersenyum-senyum sendiri. setelah selesai semua, ia menemui gadis itu lagi. Gadis pirang tersebut kagum dengan penampilan Vivi.
“Wow.... terlihat luar biasa... aku suka dengan penampilan mu...”
“Terima kasih... mari kita berangkat”.
Mentari pagi kini terlihat indah bersama awan biru menghiasi langit-langit bumi. Puluhan orang-orang bersorak-sorak menyambut pembukaan festival Saint Heaven dengan sangat meriah. Mereka makan bersama, tertawa bersama, dan minum bir bersama. Tawa mereka menghiasi festival itu. Vivi dan gadis pirang ikut serta dalam festival. Mereka membeli beberapa survenir, makanan, dan bermain permainan yang ada di festival. Vivi tertawa sangat bahagia.
“Ngomong-ngomong namamu siapa? Hehehe... jika aku boleh tahu” tanya Vivi tersenyum ke arah gadis pirang yang berjalan di sampingnya.
“Oh iya aku lupa memperkenalkan diriku. Namaku Lani. Pasti kau Vivi ya? Kalau begitu salam kenal Kak Vivi.”
“Ehmm.... salam kenal kembali. Hari ini sangat menyenangkan ya. Aku bahagia sekali.”
“Kau benar... Kak Vivi.”
“Dan jika aku boleh tahu yang telah merobek bonekamu itu siapa namanya?”
“Hmmm kau suka dengannya ya? Hahaha namanya adalah Zako . “
“Tidak aku hanya bertanya.. begitu ya...”
Tak lama kemudian saat Vivi berjalan bersama dengan Lani, beberapa jeruk bergelinding di tanah festival. Salah satu jeruk bergelinding dan terhenti di kaki Vivi. Serontak Vivi heran dengan hal itu. Ia mengambil jeruk itu dari tanah dan melihat seorang gadis berambut putih panjang memakai penutup mata tengah kesusahan mengumpulkan jeruk-jeruk itu. Jeruk-jeruk itu terus bergelinding kemana-mana dan ditambah ditendang oleh beberapa orang yang sedang berjalan di festival. Vivi pun membantu gadis berambut putih yang matanya ditutup oleh kain hitam mengumpulkan jeruk-jeruk itu. Lani yang melihat Vivi mengumpulkan jeruk yang berserakan di tanah, ia pun ikut membantu Vivi. Vivi tersenyum ke arah Lani ketika gadis pirang tersebut membantu Vivi mengmpulkan jeruk-jeruk. Setelah terkumpul Vivi dan Lani menghampiri gadis berambut putih panjang yang matanya ditutup oleh kain hitam.
“Ini Jeruk-jeruk mu nyonya...” ucap Vivi memberikan jeruk-jeruk itu kepada gadis tersebut.
“Ahh.... Maaf merepotkan mu... Terima kasih banyak. Tolong masukan jeruk itu ke dalam plastik ini” gadis berambut putih panjang tersenyum-senyum dan melebarkan kantung plastik yang begitu lebar. Vivi dan Lani memasukan jeruk-jeruk itu kedalam kantung plastik. Vivi bertanya didalam pikirannya sendiri, apa gadis itu buta?. Dan menurut Vivi memang seperti itu.
“Kak angel... Rupanya dirimu... ini aku Lani.. lalu buat apa jeruk ini semua?”
“Halo Lani... Ini semua untuk ku buat jeruk peras.”
“Oh iya kak Angel, ini Vivi Charlotte. Vivi ini Kak angel.”
Vivi mengulurkan tanganya kepada gadis berambut putih panjang bernama Angel. Angel mulai meraba-raba untuk meraih jabatan itu. Dan hap mereka bersalaman sebagai tanda perkenalan.
“Salam Kenal Angel. Mohon kerja sama nya ya.
“Ehmmm salam kenal Vivi.’
Mereka bertiga tertawa dan tersenyum bersama. Ketika hari mulai sore, mentari mulai tenggelam di sebelah kiri. Penduduk kota Saint Heaven mulai merapikan semua bekas festival. Mereka memungut sampah berserakan, menyapu, dan melipat tenda dagang mereka masing-masing. Vivi, Lani dan Angel kini bergegas kembali ke kastil. Mereka bertiga terlihat sangat lelah karena terlalu banyak tertawa dan bersenang-senang bersama di festival.
Saat memasuki kastil mereka berpisah untuk mengurus pekerjaan masing-masing. Lani ke kamarnya, Angel ke dapur, dan Vivi ingin berjalan-jalan berkeliling kastil. Mereka tak lupa berpamitan dengan tersenyum dan melambaikan tangan mereka. Kini Vivi seorang diri, ia berjalan berkeliling kastil seorang diri. Sampai di taman kastil ia melihat satu orang pria yang sedang duduk di bangku taman yang sepertinya sedang meratapi sesuatu penyesalan. Vivi menoleh ke arah kanan dan kirinya. Tak ada seorang pun. ia menghampiri pria itu. Raut wajah pria itu terlihat jelas meratapi penyesalan. Tapi penyesalan apa? Itu membuat Vivi penasaran dengan penyesalan pria tersebut. lalu ia duduk di samping pria itu. Dan bertanya.
“kau sedang memikirkan hal apa? Maaf jika aku sedikit lancang kepadamu. Dan sepertinya kau sedang menyesali sesuatu.”
“Tidak juga... Kau tahu di dunia ini begitu kejam, tapi kenapa dunia yang kejam selalu saja ditutupi oleh kecantikan palsu. Bumi ini terus menangis tapi ia tetap berusaha tersenyum dan menutupi semuanya seakan akan semua orang tidak tahu ia menangis karena kekejaman yang menerkam dia. Semua ini hanya kebohongan belaka dan sandiwara seperti dipanggung besar drama. Jika kau gagal mereka akan tertawai kebodohan mu dan sebaliknya jika kau berhasil mereka akan memanfaatkan dirimu. Tidak adil bukan. Membuatku merasa jijik. Apalagi jika seseorang mati di depanmu. Apa yang akan kau lakukan? Marah atau sedih histeris. Dan yang membunuh temanmu itu adalah sahabat mu. Apa kau masih menganggapnya sebagai sahabat? Maaf jika aku sangat banyak omongan tapi nanti suatu hari kau akan mengerti yang ku maksud?”
Mendengar perkataan pria itu membuat Vivi terdiam dan hanya menatap ke arahnya dengan raut wajah lugu. Lalu Vivi berkata
“Ehmm kau memang benar tapi jika itu terjadi padaku. Aku pasti akan melindungi semuanya dan terus menjadi lebih kuat. agar aku bisa melindungi semuanya. Karena jika aku lemah semua yang aku cintai pasti akan menghilang dari dunia ini. dan aku akan merasakan kesepian mendalam. Itulah pendapatku.”
Pria itu hanya terdiam mendengar penjelasan Vivi. Bibir yang kini layu terangkat oleh senyumannya. Dan ia berpikir ternyata masih ada satu orang yang pola pikirnya sama dengannya. Itu membuatnya senang. Ia menganggukan kepalanya.
“terima kasih sudah membuatku tersenyum”
“Hahaha bukan apa apa tuan...”
“Namamu siapa ya jika aku boleh tahu.”
“Namaku Vivi Charlotte. Salam kenal. Dan kau?”
“Namaku lucif. Salam kenal Vivi.”
Hari yang begitu indah bagi seorang Vivi. Ia sangat senang karena bisa menemukan banyak hal pada hari ini. Bertemu teman-teman baru, mendengarkan cerita seseorang dan diterima dengan mudah di pihak heroes. Dia juga ingin tahu kisah dari pihak villain. Hmmm kira-kira seperti apa kehidupan disana? Apa ratu jahat itu ramah tamah kepada pengikutnya? Atau justru sebaliknya? Seketika Vivi si gadis penjelajah itu terdiam dalam tenggelamnya lamunan. Lalu si pemuda yang bernama Lucif membangunkannya dari lamunan dengan tepukkan pada bahu mungilnya. Vivi yang terdiam sempat terkejut. Tentu saja pemuda yang baru saja dia kenal, menanyakan satu hal padanya.
“kamu baik-baik sajakan? Vivi?”
Dia hanya membalasnya dengan gelengan kepala saja yang ke arah kanan dan kiri secara perlahan lahan. Vivi kemudian berdiri dari sana lalu pamit dengan sopan menuju kamarnya. Di karenakan hari juga kian berganti malam. Tapi disisi lain, pikirannya terus melayang-layang. Dia penasaran dengan kehidupan pada villain. Sempat membuat langkah kaki yang mungilnya terhenti karena pikiran itu. Dia kemudian menoleh ke arah langit lagit senja yang berganti malam. Entahlah pikiran itu membuatnya hampir merasa seperti orang bodoh. Buat apa dia memikirkan kehidupan para penjahat yang telah merengut kenangan dalam kehidupannya. Dia benci sekali dengan hal itu. Terutama karena para penjahat, Vivi kehilangan kedua orang tuanya serta satu orang kakak yang merupakan kembarannya sendiri. Berharap sih sang kakak masih hidup. Entah dia berada dimana yang pasti dia sekarang sedang baik-baik saja dan masih ingat tentang keluarganya. Ada kisah di balik itu semua yag terjadi pada keluarga Charlotte. Tapi bagaimanapun itu sudah terjadi. ya mau bagaimana lagi takdir selalu benar dan tak pernah salah. Vivi melanjutkan jalannya menuju kamarnya.
Sampai di kamarnya tiba-tiba....?! [bersambung]







tags :

0 Komentar untuk "VIVI STORY"